PertunjukanWayang sebagai Etika. Sesungguhnya pagelaran wayang merupakan pagelaran etika, yakni suatu perlawanan antara yang baik dengan yang buruk. Karakter baik diperankan oleh dewa dan ksatria, Punakawan; Semar, Gareng, Petrukm dan Bagong; berada di sebelah atau dipegang tangan kanan dalang. Sedangkan karakter yang buruk diperankan oleh Contoh Teks Profil Tokoh dalam Bahasa Jawa Beserta Strukturnya – Apakah kamu sedang membutuhkan contoh teks profil tokoh Bahasa Jawa untuk mengerjakan tugas sekolah atau kuliah? Membuat tulisan bahasa jawa memang sulit. Banyak orang merasa lebih mudah jika harus membuat tulisan dalam bahasa Indonesia. Masyarakat Jawa Indonesia sendiri sudah mulai jarang memakai bahasa daerah. Terutama dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi yang tinggal di kota. Hal ini menambah kesulitan tersendiri untuk memahami bahasa daerah tersebut. Ketika di kota, kamu pasti juga jarang melihat orang-orang bercakap-cakap menggunakan bahasa daerah. Hal ini juga karena orang yang tinggal di kota berasal dari berbagai suku. Apa Pengertian Teks Profil Tokoh Bahasa JawaDaftar IsiApa Pengertian Teks Profil Tokoh Bahasa Jawa1. Irah-irahan 2. Babagan Sing Narik Kawigaten Sing Tau Dialami Dening Tokoh3. Tindak Tanduk, Gagasan sing Bisa dituladhaStruktur Teks Profil Tokoh Bahasa Jawa1. Orientasi2. Prastawa3. Reorientasi Kaidah Kebahasaan Teks Profil Tokoh Bahasa JawaCiri-Ciri Teks Profil Tokoh Bahasa JawaContoh Teks Profil Tokoh dalam Bahasa JawaContoh Teks Profil Tokoh Bahasa Jawa Daftar Isi Apa Pengertian Teks Profil Tokoh Bahasa Jawa 1. Irah-irahan 2. Babagan Sing Narik Kawigaten Sing Tau Dialami Dening Tokoh 3. Tindak Tanduk, Gagasan sing Bisa dituladha Struktur Teks Profil Tokoh Bahasa Jawa 1. Orientasi 2. Prastawa 3. Reorientasi Kaidah Kebahasaan Teks Profil Tokoh Bahasa Jawa Ciri-Ciri Teks Profil Tokoh Bahasa Jawa Contoh Teks Profil Tokoh dalam Bahasa Jawa Contoh Teks Profil Tokoh Bahasa Jawa tirachard-kumtanom Sebelum menuju contoh teks profil tokoh Bahasa Jawa, tentu perlu sekali memahami pengertiannya. Apakah kamu sudah mengetahuinya? Jika belum, simak penjelasan di bawah. Teks profil ini dapat disebut dengan biografi. Berdasarkan bentuknya termasuk ke dalam jenis teks naratif. Seperti namanya, teks profil menggambarkan tokoh. Juga peristiwa apa saja yang pernah dialami oleh sosok tersebut. Agar bisa memahami bacaan jenis ini, perlu membaca dari awal sampai akhir. Di dalam contoh teks profil tokoh Bahasa Jawa sendiri, ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan. Simak beberapa hal tersebut berikut ini. 1. Irah-irahan Pertama adalah irah-irahan atau judul. Sebuah tulisan sudah pasti mempunyai judul. Sebut saja berita, opini dan puisi yang sering terlihat di surat kabar. Pasti mempunyai judul. 2. Babagan Sing Narik Kawigaten Sing Tau Dialami Dening Tokoh Maksud dari babagan sing narik kawigaten sing tau dialami dening tokoh adalah hal menarik perhatian yang pernah dialami oleh tokoh. Kamu pasti enggan bukan membaca teks biasa? Biografi yang isinya kegiatan sehari-hari seperti makan dan tidur? Di dalam contoh teks profil tokoh Bahasa Jawa itu pasti mengedepankan peristiwa yang menarik bagi pembaca. 3. Tindak Tanduk, Gagasan sing Bisa dituladha Tindak tanduk utawa gagasan sing bisa dituladha maksudnya adalah perilaku, tindakan maupun gagasan yang dapat dijadikan contoh atau panutan. Jadi biasanya teks profil dapat menginspirasi pembacanya. Sebut saja biografi Ir Soekarno, RA Kartini sampai Chairil Tandjung, pemikiran dan tindakan mereka sangat menginspirasi bukan? Struktur Teks Profil Tokoh Bahasa Jawa Ketika menulis biografi, ada dua cara yang biasa dipakai untuk menggambarkan karakter orang. Kamu juga bisa memilih cara yang mana saja ketika ingin membuat tulisan jenis ini. Pertama adalah penggambaran langsung. Melalui cara ini, karakter tokoh utama langsung dituliskan pada contoh teks profil tokoh Bahasa Jawa. Sehingga pembaca tidak perlu menganalisis makna tersirat dari untuk memahami karakternya. Cara kedua ialah memakai penggambaran tidak langsung. Penulis tidak langsung menyebutkan seperti apa karakternya. Namun melalui deskripsi bagaimana sosok tersebut menghadapi masalah. Bisa juga melalui dialog antar tokoh. Jadi pembaca harus menganalisis bacaan untuk mengetahui watak sosok itu seperti apa. Misalnya apakah sabar, penyayang, galak, atau yang lainnya. Kemudian, contoh teks profil tokoh Bahasa Jawa mempunyai struktur tersendiri yang perlu diikuti. Struktur ini membantu pembaca untuk memahami kisah seseorang secara runtut. 1. Orientasi Pertama adalah bagian orientasi yang juga biasa disebut setting. Yakni bagian teks yang berisi pengenalan tokoh. Biasanya berupa nama, tempat tanggal lahir, latar belakang keluarga. 2. Prastawa Prastawa merupakan serangkaian peristiwa penting dalam contoh teks profil tokoh Bahasa Jawa. Peristiwa ini ditulis dengan urutan waktu. Bagian ini menjelaskan keadaan, kejadian. Bahkan menjelaskan masalah yang pernah dialami oleh sosok tersebut. Namun, bagian ini harus menarik sehingga dapat dijadikan contoh atau panutan oleh pembaca. Selain itu juga bisa bersifat mengesankan atau mengagumkan ketika tokoh berjuang meraih tujuan. Kalau misalnya tidak menarik, sudah pasti orang akan bosan membacanya. 3. Reorientasi Reorientasi merupakan bagian penutup dan menjelaskan pandangan serta pendapat penulis terhadap sosok yang diceritakan dalam contoh teks profil tokoh Bahasa Jawa. Bagian ini bersifat opsional, kalau misalnya enggan menyertakannya juga boleh. Karena kamu juga bisa membiarkan pembaca mempunyai pandangan mereka sendiri terhadap sosok. Kaidah Kebahasaan Teks Profil Tokoh Bahasa Jawa Dalam membuat teks profil ini, kamu juga wajib mengikuti kaidah kepenulisan. Tentu tujuannya agar orang lain bisa membaca dan paham sepenuhnya. Yuk simak kaidahnya. Kata Ganti Orang Ketiga Kaidah pertama ialah memakai kata ganti orang ketiga tunggal. Yakni berupa ia, dia atau beliau. Kata ganti dipakai secara bergantian dengan nama sosok. Kata Kerja Tindakan Ketika menjelaskan suatu peristiwa atau perbuatan fisik yang dilakukan oleh tokoh utama dalam contoh teks profil tokoh Bahasa Jawa, maka wajib memakai kata kerja tindakan. Misalnya saja seperti berlari, membaca, melempar, menyerang, memasak dan lain sebagainya. Hal ini adalah kata yang dipakai ketika sosok tersebut merupakan subjek. Kata Deskripsi Kalau misalnya mau menceritakan bagian sifat tokoh, memakai kata deskripsi. Misalnya saja mau menjelaskan kalau sosok terkait mempunyai sifat cerdas, rajin, ulet dan lain-lain. Kata Kerja Pasif Berbeda lagi kalau mau menjelaskan peristiwa yang dialami tokoh sebagai objek. Dalam contoh teks profil tokoh Bahasa Jawa bisa memakai kata diberi, dinasihati, dan lainnya. Kata Sambung, Kata Depan, Kata Nomina Tadi sudah membahas perbuatan fisik, sifat dan posisi subjek. Sekarang waktunya membahas urutan waktu. Ketika membahas urutan waktu ini bisa kata sambung. Bisa juga memakai kata depan maupun kata nomina. Contoh dari penggunaannya ialah memakai sebelum, pada saat, kemudian, selanjutnya, sampai, nantinya, dan lain sebagainya. Dengan menerapkan kaidah ini, contoh teks profil tokoh Bahasa Jawa akan tampak lebih berkualitas. Selain juga mudah sekali dipahami pembaca karena urutan waktunya jelas. Ciri-Ciri Teks Profil Tokoh Bahasa Jawa Apakah kamu sering kebingungan membedakan antara satu jenis tulisan dengan jenis yang lain? Supaya kamu bisa mengenali teks profil, berikut ini ciri-ciri yang menyertainya. Fakta Ciri pertama ialah memuat fakta. Memang tulisan biografi tidak selalu menunjukkan data statistik. Akan tetapi, pengalaman yang dituliskan adalah fakta atau benar-benar terjadi. Terdapat Konflik Masalah Ciri contoh teks profil tokoh Bahasa Jawa berikutnya ialah mengandung konflik. Karena menceritakan riwayat hidup, sudah pasti memuat perjalanan, masalah dan konflik. Justru konflik ini yang membuat teks menarik untuk dibaca. Dari masalah itu kemudian muncul hikmah atau solusi. Hikmah atau solusi bisa menjadi pelajaran untuk para pembaca. Mempunyai Struktur dan Kerangka Waktu Tadi sudah dibahas mengenai struktur contoh teks profil tokoh Bahasa Jawa. Kemudian juga ada urutan waktu di dalamnya. Struktur ini wajib ditulis dengan benar. Seperti sebelumnya, strukturnya ialah orientasi, prastawa dan reorientasi. Struktur ini yang akan membantu pembaca untuk bisa memahami isi dan pesan dari tulisan tersebut. Sejarah Pengalaman Hidup Contoh teks profil tokoh Bahasa Jawa sudah pasti berisi pengalaman hidup. Oleh sebab itu, biasanya memuat pengalaman hidup tokoh besar. Karena pengalaman mereka mampu mengubah sudut pandang banyak orang. Sehingga tulisan tersebut menjadi bermanfaat bagi banyak orang. Ditulis Orang Lain Umumnya teks profil ditulis orang lain. Meskipun tidak menutup kemungkinan bisa ditulis sendiri. Karena biasanya orang lain sengaja menulis teks ini untuk menyebarkan pesan positif. Contoh Teks Profil Tokoh dalam Bahasa Jawa Setelah memahami berbagai informasi mengenai teks profil, sekarang saatnya memahami contoh tulisan. Simak contoh teks profil tokoh Bahasa Jawa di bawah ini. Bung Tomo Bung Tomo utawa Sutomo miyos 3 Oktober 1920 ing dhaerah kampung Blauran, Surabaya. Miyos saking rama kang paring asma Kartawan Tjiptowidjoyo. Rama saking Bung Tomo niki nyambut damel dadi abdi pegawai pemerentah. Bung Tomo yaiku pahlawan kang kondhang saking Surabaya. Amerga kabisane wayah mandegani memimpin masarakat Surabaya mungsuh panjajah Walanda lumantar bala tentara NICA. Paprangan kasebut kedadean 10 November 1945. Saking gedhene paprangan iki, tanggal 10 November 1945 dipengeti minangka dina Pahlawan. Bung Tomo yaiku pahlawan nasional Indonesia kang kondhang. Amergi pandhapuke sajrone paparangan ing 10 November 1945. Bung Tomo kanthi kabisane pidhato bisa mbombong semangate masarakat urabaya. Nalika wayah revolusi fisik, Bung Tomo njabat dadi Ketua Umum Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia BPRI. Ing taun 1968, ngrampungake pasinaon ekonomi ing Universitas Indonesia. Nanging, banjur dicepeng dening rezim Soeharto kanthi tuduhan subversi. Nalika isih enom, Bung Tomo nate nyambut gawe dadi wartawan. Dadi wartawan kanggo ariwati lan kalawarti. Wiwit saka jurnalis harian kanggo harian Soeara Oemoem, harian berbahasa Jawa Ekspers, mingguan Pembela Rakyat lan majalah Poestaka Timoer. Bung Tomo nduweni sipat religius sing wis digulawenthahne ing kulawarga Bung Tomo awit isih cilik. Akeh amalan ibadah wajib ing jero syareat islam sing dilakoni Bung Tomo. Amalan ibadah wajib sajrone syareat islam kayata salat, pasa, ngaji lan zakat wis dadi pondasi kuwat ing panguripan sabendinane. Contoh Teks Profil Tokoh Bahasa Jawa Berikut ini ada satu contoh lagi mengenai teks profil atau biografi. Setelah membaca dua contoh dalam artikel ini, semoga kamu bisa membuat juga ya. Simak contohnya di bawah ini. Raden Ajeng Kartini Raden Ajeng Kartini miyos 21 April 1879 ing Jepara. RA Kartini isih klebu golongan kang disegani utawa kaum bangsawan, jalaran putrane bupati Jepara. Bupati kasebut kang asma Raden Mas Adipati Ario Sosrodiningrat lan ibune asma Ngasirah. Kartini sekolah ana ing ELS Europe Lagere School. Nanging, umur 12 taun Kartini kudu ninggalake pamulangan jalaran kudu dipingit. Kartini nelangsa banget. Mulane nglumpukake buku-buku pelajaran, buku pengetahuan umum. Kartini uga nglumpukne surat kabar kanggo wacan nalika dina-dinane sepi. Amerga sregep maca, Kartini ngerti yen para wanita Eropa kuwi wes maju. Kartini nduweni panjalukan amrih wanita ing negara Indonesia uga isoh maju, pikirane maju lan wawasane jembar ora mung koyo kancane sing liyane. Kartini nulis layang kanggo kanca-kancane sing ana ing negara Walanda. Uga nulis surat kagem Abendanon supaya diparingi beasiswa sekolah ing Walanda. Nanging, Kartini ora bisa klakon beasiswa amergi dinikahake karo Bupati Rembang kang selisih Raden Adipati Joyodiningrat. Ing Rembang, Raden Ajeng Kartini ngedekake sekolah wanita. Sekolah wanita iki kang disengkuyung dening Raden Adipati Joyodiningrat. Tanggal 17 September 1904 Kartini seda ing yuswa 25 taun. Sasedane Kartini, Mr. Abendanon nglumpukake surat-surat sing tau dikirimake RA Kartini marang kanca-kancane sing ana ing Eropa lan didadeake buku. Para wanita Indonesia wis padha maju, pendhihikane akeh sing dhuwur, pegaweane sing sejajar karo para priya. Kabeh mau ora liya amarga kena daya semangate Raden Ajeng Kartini. Mungkin kamu pernah membaca biografi dari sosok terkenal. Contoh teks profil tokoh Bahasa Jawa ini memuat riwayat seseorang mulai dari identitas sampai peristiwa di hidupnya. Klik dan dapatkan info kost di dekatmu Kost Jogja Harga Murah Kost Jakarta Harga Murah Kost Bandung Harga Murah Kost Denpasar Bali Harga Murah Kost Surabaya Harga Murah Kost Semarang Harga Murah Kost Malang Harga Murah Kost Solo Harga Murah Kost Bekasi Harga Murah Kost Medan Harga Murah

Darisegi perwatakannya, tokoh dan perannya dalam Pementasan drama terdiri empat macam, yaitu tokoh berkembang, tokoh pembantu, tokoh statis, dan tokoh serbabisa. 1) Tokoh berkembang adalah tokoh yang mengalami perkembangan nasib atau watak selama pertunjukan. Misalnva, tokoh yang awalnya seorang yang baik, pada akhirnya menjadi seorang yang jahat.

Cerita wayang bahasa jawa- Wayang menceritakan pada kita tentang kebijaksanaan. Tidak semua adalah hitam dan putih. Terkadang ada juga abu-abu. Di situlah keyakinan kita diadu. Pada kesempatan kali ini penulis akan mengulas tentang cerita wayang bahasa jawa. Tentu saja lengkap dengan terjemahan yang bisa menambah pemahaman bagi yang belum mengerti sepenuhnya tentang bahasa jawa. Sebagaimana yang kita tahu, cerita wayang bahasa jawa begitu kaya dengan cerita-cerita dan ajaran memahami hidup berdasarkan tokoh-tokoh yang diceritakan. Wayang bahasa jawa mengulas karakter baik dan buruk dalam tokoh-tokohnya yang memiliki makna tersendiri. Cerita wayang bahasa jawa mengajarkan pada kita semua untuk bijaksana pada setiap hal yang terjadi. Wayang menjadi begitu khas dengan dimainkannya cerita tersebut dalam pagelaran semalam suntuk. Sebagai salah satu produk karya tradisional yang masih bertahan, wayang memodifikasi cerita bahkan visualnya untuk terus diterima. Namun membicarakan wayang hampir tidak lepas dari cerita Mahabarata dan Ramayana yang begitu terkenal dimana-mana. Wayang dalam bentuk cerita memberikan imajinasi pada kita untuk membayangkan tokoh-tokohnya tersebut. sedangkan dalam versi visualnya memberikan gambaran kita terhadap interpretasi tokoh-tokohnya jika dirupakan dalam bentuk tertentu. Wayang adalah warisan leluhur. Penting bagi kita untuk setidaknya mengerti bahkan menjaga dan melestarikannya. Banyak versi yang menyinggung sejarah dan asal mulanya. Ada yang mengatakan berasal dari India dan dikembangkan dari nusantara dan sekian versi yang lain. terlepas dari itu semua, cerita yang dituturkan dan dibuat itu adalah cerita yang menarik. Cerita yang terkandung didalamnya adalah kebijaksanaan yang bisa kita ambil hikmah-hikmah atau pelajarannya. Berikut ini penulis susun cerita wayang bahasa jawa terbaik menurut penulis. Penulis sertakan juga terjemahan cerita wayang bahasa jawanya agar bisa memberi pemahaman untuk yang belum banyak mengenal bahasa jawa. Penulis mengambil beberapa bagian atau kisah yang ada di Mahabharata dan Ramayana dalam beberapa ceritanya. Semoga bermanfaat dan mohon maaf bila ada kesalahan penulisan atau arti dalam ceritanya. Selengkapnya adalahnya sebagai berikut Penulis membaginya dalam beberapa tema atau topik bahasan. Ada yang bercerita tentang Tokoh pandawa, Tokoh Rama Sinta, dan lain-lain. cerita-cerita tersebut diambil dari beberapa referensi dan interpretasi penulis pada tokoh-tokohnya. Lima cerita yang penulis susun adalah di bawah ini Kesaktian Pandawa / Sektine Pandhawa Pandawa yaiku Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, lan Sadewa. Wong lima yaiku anak saka Pandu lan Kunti. Diarani Pandawa amarga duwe limang anggota. Minangka titisan para dewa, para Pandhawa duwe kekuwatan sing luar biasa. Kabeh Pandhawa kasebut duwe kekuwatan sing beda lan duwe keahliane dhewe-dhewe. Ing sisih liya, ana Kurawa, bocah-bocah saka Destsarastra sing ora becik lan meri. Sepisan nalika Destrarastra minangka raja lan bapak saka Kurawa nyoba supaya adil ing kabeh. Kalebu karo anak Pandu sing sadulure. nanging Kurawa, sing diwakili Duryudana minangka anak pertama saka Destrarastra, ora setuju karo kekarepane bapake. Klebu ing pesta Duryudana yaiku Sengkuni. Wong licik sing dadi kepengin ngrusak kerajaan. Drestrarastra isih nyoba nindakake keadilan. Anak-anake minangka Kurawa lan Pandu minangka hak diwenehi pamulangan sing padha saka guru Drona. Nggawe papan kanggo sinau lan praktek kabeh sing ana ing kana. Sedaya Kurawa lan Pandawa kasebut kudu dituruti arahan lan pamulangan sing ditindakake dening guru Drona. Gurune Drona dhewe yaiku Brahmana sing kuat. Kekuwatane lan ketrampilan kanggo nglawan ora ana sing ngalahke. Guru Drona ngajak murid-muride nututi supaya latihan ing wana. Sing katon ing sisih Kurawa satus wong, dheweke keluh cukup lan kesulitan latihan sing diwulang saka guru Drona. Nalika ing Pandhawa, wong lima kasebut katon seneng. Ing sisih Kurawa, mung Duryudana sing katon kuwat lan gagah. Nalika ing Pandhawa, wong lima kasebut katon nuduhake kemampuan sing paling apik. Yudhistira nganggo pedhang katon kuwat lan wicaksana. Yudhistira saengga bisa nuntun lelungan Pandawa ing alas kasebut kanthi wicaksana lan kebajikan. Banjur Bima katon gedhe, kuwat lan kuwat nganggo palu gadha ing tangane. Bima paling kuwat ing klompok Pandawa. banjur Arjuna. Katonane sing apik lan kekuwatan sakti katon nalika nyekel busur kasebut. Arjuna wis nuduhake pratandha yen dheweke bakal dadi pemanah sing paling apik. Pungkasane, Nakula lan Sadewa. Kanthi tombsk lan senjata rupo cakram, dheweke loro nuduhake kepinteran lan titis sing luar biasa. Guru Drona ndelok potensi gedhe ing kemah Pandawa. Kekuatan Kang kuwasa lan agung. Nanging ana sethitik wedi ing guru Drona. Kurawa pancen kudu nate gething. tambah gething lan bakal nemokake puncak ing sawijining dina. Sawijining dina sing ora bisa dingerteni pungkasane. Perang saudara gedhe asring ditepungi minangka perang Batarayudha. Terjemah Pandawa adalah Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Mereka berlima adalah anak dari Pandu dan Kunti. Disebut pandawa karena beranggotakan Lima orang. Sebagai titisan para dewa, Pandawa memiliki kekuatan yang luar biasa. Semua dari pandawa tersebut memiliki kesaktian yang berbeda-beda dan memiliki keahliannya masing-masing. Di sisi lain, ada kurawa, anak dari Destsarastra yang memandang iri dan rendah kepada mereka. Suatu ketika ketika Destrarastra sebagai seorang raja dan ayah dari kurawa mencoba bersikap adil pada semuanya. Termasuk pada anak-anak dari Pandu yang merupakan saudaranya tersebut. namun Kurawa yang diwakili oleh Duryudana sebagai anak pertama dari Destrarastra tersebut tidak begitu menyetujui keinginan ayahnya. Termasuk berada di pihak Duryudana tersebut adalah Sengkuni. Seseorang licik yang begitu menginginkan kehancuran kerajaan tersebut. Drestrarastra tetap saja mencoba berbuat adil. Anak-anaknya sebagai Kurawa dan anak-anak Pandu sebagai diberikan hak untuk mendapatkan pembelajaran yang sama dari guru Drona. Dibuatlah tempat belajar dan berlatih yang semua berada di dalamnya. Semua kurawa dan pandawa tersebut wajib mengikuti arahan dan pembelajaran yang dilakukan guru Drona. Guru drona sendiri adalah brahmana yang sakti mandraguna. Kekuatan dan ketangkasannya dalam bertarung tidak diragukan lagi. Guru Drona mengajak murid-muridnya untuk mengikutinya berlatih di dalam hutan. Terlihat di pihak kurawa yang beranggotakan seratus orang tersebut cukup mengeluh dan kesulitan dengan latihan yang diajarkan oleh guru Drona. Sementara di pihak pandawa, Lima orang tersebut terlihat menikmati. Di pihak kurawa, hanya terlihat Duryudana yang sakti dan kuat namun sombong. Sedangkan di pihak Pandawa, Lima orang tersebut terlihat menunjukkan kemampuan terbaiknya. Yudhistira dengan pedangnya terlihat begitu kuat dan bijak. Yudhistira begitu bisa memimpin perjalanan Pandawa di hutan dengan kebijaksanaan dan kebajikan hatinya. Lalu Bima terlihat begitu besar, gagah, dan kuat dengan senjata gada di tangannya. Bima adalah yang terkuat di kelompok pandawa tersebut. kemudian Arjuna. Ketampanan dan kesaktiannya begitu terlihat ketika busur panah digenggamnya. Arjuna sudah menunjukkan tanda-tanda kalau kelak dia adalah pemanah terbaiknya. Terakhir, Nakula dan Sadewa. Dengan padang dan semacam cakram, mereka berdua menunjukan kecerdikan dan kepintaran yang luar biasa. Guru Drona melihat potensi yang besar di kubu pandawa. Kesaktian dan kehebatannya sangat mengagumkan. Namun ada sedikit ketakutan dalam guru Drona. Kurawa pasti sangat membenci itu. kebencian yang semakin bertambah dan akan menemukan puncaknya suatu hari. Suatu hari yang tak terbayangkan sebelumnya terjadi juga akhirnya. Perang besar saudara yang sering dikenal dengan perang batarayudha. Kebijaksanaan Yudhistira / Kawicaksanaan Yudhistira Yudhistira kondhang ing kawicaksanane. Utamane bab tulus lan ikhlas. Salah sawijining perjalanan, Yudhistira ketemu manuk cilik. Manuk cilik mabur banjur nyedhaki. Manuk cilik mau njaluk marang Yudhistira kanggo menehi perlindungan amarga dheweke digodak elang gedhe sing bakal mangan. Manuk kasebut ujar yen dheweke kepengin dilindhungi dening Yudhistira amarga manuk cilik kasebut duwe anak sing kudu dipangani. Yudhistira langsung nyetujoni manuk cilik kasebut supaya dijaga. Ora let suwe, manuk elang gedhe sadurunge Yudhistira. Elang gedhe langsung njaluk supaya Yudhistira pasrahake manuk cilik sing dicekel. Yudhistira uga ora sopan nolak kepinginan elang gedhe supaya njaluk manuk cilik kasebut ing genggamane. Nanging elang gedhe isih meksa Yudhistira gedhe ngandhani Yudhistira manawa manuk cilik sing dicekel iku kudu dipangan dheweke lan kudune kaya ngono. Nanging Yudhistira isih ora gelem menehi amarga manuk cilik kasebut duwe anak sing kudu dipakani ibune. Elang gedhe ujar yen nasib wis mangsuli manuk cilik kasebut dadi panganan. Elang gedhe pungkasane nawakake yen ora mangan manuk cilik saliyane Yudhistira pengin nyerahake awake dadi panganan. Ing kene ana kesungguhan lan keikhlasan Yudhistira. Tanpa mikir dowo, Yudhistira sarujuk karo panjaluk elang gedhe. nalika iku manuk cilik dibebasake Yudhistira kanggo bali ing sarangé. Elang gedhe banjur langsung ngrebut awake Yudhistira kanthi cakar sing landhep lan banjur bisa mangan sikil Yudhistira. Acara kasebut diadhepi dening Yudistira kanthi tenang lan kanthi rasa ikhlas. Nalika terus nglarani lara, saiki giliran Yudhistira nyerahake tangan loro supaya dipangan elang gedhe. nganti giliran elang gedhe bakal ngejut mripate Yudhistira, elang gedhe takon maneh manawa Yudhistira percaya yen kekarepane bisa dipangan eLang. Yudhistira isih tenang lan wicaksana mangsuli yen dheweke setuju. Yen loro mata bakal dicucuk, ana mukjijat kedadeyan. Elang gedhe tiba dadi Dewa. Manuk cilik sing mabur menyang sarang kasebut banjur bali lan malih dadi Dewa. Dewa kasebut ujar yen dheweke lagi nyoba sepira gedhene ikhlas Yudhistira. Lan pancen bener yen Yudhistira wis lulus. Ing wektu kasebut, Yudhisthira diwenehi hadiah dening dewa lan dheweke diakoni minangka wong sing nduweni sipat ikhlas dhuwur lan ora ana sing nandingi. Terjemahan Yudhistira begitu terkenal dengan kebijaksanaannya. Terutama mengenai ketulusan dan keikhlasannya. Suatu ketika dalam salah satu perjalanannya, yudhistira bertemu dengan burung kecil. Burung kecil itu terbang rendah menghampirinya. Burung kecil itu meminta yudhistira untuk memberinya perlindungan karena dia sedang dikejar oleh burung elang besar yang akan memakannya. Burung itu mengatakan kalau dia ingin dilindungi oleh Yudhistira karena burung kecil itu memiliki anak yang harus ia beri makan. Yudhistira saat itu juga langsung menyanggupi burung kecil itu untuk diberinya perlindungan. Tidak berselang lama kemudian burung elang besar itu tiba di hadapan Yudhistira. Burung elang besar itu langsung meminta Yudhistira untuk menyerahkan burung kecil yang sedang di genggamnya. Yudhistira pun menolak dengan halus keinginan burung elang besar tersebut untuk meminta burung kecil yang ada di genggamannya. Namun burung elang besar tersebut tetap memaksa Yudhistira untuk menyerahkannya. Burung elang besar itu mengatakan kepada Yudhistira bahwa burung kecil yang ada di genggamannya itu adalah makanannya dan sudah seharusnya seperti itu takdir berjalan. Namun Yudhistira tetap tidak mau memberikannya karena burung kecil itu memiliki anak yang seharusnya diberi makan oleh induknya. Burung elang besar mengatakan bahwa takdir sudah mengharuskan burung kecil itu untuk jadi makanannya. Burung elang besar tersebut akhirnya memberikan penawaran kalau dia mau saja tidak memakan burung kecil tersebut asalkan Yudhistira mau merelakan tubuhnya untuk jadi makanannya. Di sinilah letak keikhlasan dan ketulusan Yudhistira. Tanpa pikir panjang, Yudhistira menyanggupi permintaan burung elang besar tersebut. saat itu juga burung kecil itu dilepaskan Yudhistira untuk pulang ke sarangnya. Burung elang besar itu langsung saja mulai mencengkram tubuh Yudhistira dengan cakar tajamnya dan mulai memakan kedua kaki Yudhistira. Peristiwa itu dihadapi Yudistira dengan tenang dan penuh perasaan ikhlas. Sambil menahan sakit kini giliran Yudhistira merelakan kedua tangannya untuk dimakan burung elang besar tersebut. hingga giliran burung elang besar tersebut akan mematuk kedua mata Yudhistira, si elang besar tersebut bertanya lagi apakah Yudhistira meyakini keinginannya untuk dimakan burung elang tersebut. Yudhistira dengan masih sangat tenang dan ikhlas menjawab bahwa ia menyanggupi. Ketika kedua mata itu akan dipatuk, keajaiban terjadi. Burung elang besar tersebut tiba-tiba berubah wujud menjadi dewa. Burung kecil yang tadi terbang ke sarangnya kemudian juga kembali dan berubah wujud menjadi dewa. Kedua dewa itu mengatakan bahwa mereka sedang menguji ketulusan dan keikhlasan hati Yudhistira. Dan benar bahwa Yudhistira lulus. Saat itu juga Yudhistira diberi anugrah oleh dewa dan dia diakui sebagai seseorang yang memiliki keikhlasan dan ketulusan hati yang tak tertandingi. Arjuna dan Karna / Arjuna Lan Karna Arjuna lan Karna iku pejuang apik. Kaloro wong kasebut duwe kabisan panahan sing ora ono sing nandingi. Wong loro kuwi sejatine uga sedulur. Nanging nasib misahake. Takdir yaiku nalika kunti mbuwang bayi ning kali amarga klirune kelakoan. Banjur, nalika nyedhaki perang batarayuda, Karna ngerti ibune kui kunti. Kunti uga nerangake kabeh. Kunti pengin amarga mengko dheweke ora bakal mateni Pandawa sajrone perang. Karna sarujuk. Dheweke mung bakal nglawan Arjuna nalika perang lan ora bakal dipateni. Arjuna yaiku salah sawijine sing mateni Karna sajroning perang. matèni seduluré dhéwé. Terjemah Arjuna dan Karna adalah petarung yang hebat. Kedua orang tersebut memiliki kemampuan memanah yang tidak tertandingi. Kedua orang tersebut sebenarnya juga adalah saudara. Namun takdir memisahkannya. Takdir tersebut adalah ketika kunti menghanyutkan bayi karna di sungai karena kecerobohannya. Kelak, pada waktu mendekati perang baratayudha, Karna mengetahui kalau kunti adalah ibunya. Kunti pun menjelaskan semuanya. Kunti menginginkan agar karna nanti tidak membunuh pandawa dalam perang tersebut. Karna menyanggupi. Ia hanya akan melawan arjuna ketika perang itu dan tidak akan membunuhnya. Arjuna lah yang membunuh karna ketika perang itu. membunuh kakaknya sendiri. Antareja yang Menyedihkan / Antareja sing ngesakke Antareja minangka paraga wayang sing duwe kabisan dhuwur. Dheweke bisa ndilat bekas sikil mungsuh lan langsung mati. Krishna kuwatir banget babagan kemampuan gedhe Antareja. kemampuan kasebut bisa mbebayani kanca dhewe sajrone perang amarga ora bisa mbedakake tilas tapake sikil. Krishna ngrencanakake soko. Krishna ngajak Antareja ing papan sing gedhe. Krishna njaluk supaya interareja ndilat salah sawijining tilas tapake sikil. Krishna ujar manawa tilas tapake sikil wong kasebut minangka tilas tapake sikil sing mbebayani banget ing perang Batarayudha. Antareja langsung ndilat tilas sikil bekas. ora suwe sawise kui, dheweke seda. Terjemah Antareja adalah tokoh pewayangan yang memiliki kemampuan hebat. Ia bisa menjilat bekas jejak kaki musuh dan seketika membuatnya mati. Kresna khawatir akan kemampuan hebatnya tersebut. kemampuan itu bisa membahayakan teman sendiri ketika perang nanti karena tidak mampu membedakan bekas jejak kakinya. Kresna merencanakan sesuatu. Kresna mengajak Antareja di sebuah tempat yang luas. Kresna meminta antareja untuk menjilat salah satu bekas jejak kaki. Kresna mengatakan bahwa jejak kaki orang tersebut adalah jejak kaki orang yang sangat berbahaya di perang batarayudha. Antareja langsung menjilat bekas jejak kaki tersebut. tak lama kemudian, ia mati. Cerita Wayan Bahasa Jawa Cinta Rahwana / Tresno Rahwana Dunga Tresno Rahwana ing wayah wengi ngesakke Gusti, yen tresnaku marang Shinta ora enthuk. Napa Panjenengan gawe iki perasaan sing gedhe banget ing sukmaku? Terjemahan Doa cinta rahwana malam itu terdengar memilukan Tuhan, Jika cintaku pada Shinta terlarang. Mengapa engkau bangun megah perasaan ini dalam sukmaku? Originally posted 2020-05-20 012217.

Abstract Wayang kulit sebagai budaya bangsa yang telah diakui oleh dunia dan dinobatkannya sebagai "Masterpiece" oleh UNESCO pada tahun 2003 sebagai budaya yang memiliki ciri khas dan karakter yang kuat dari tokoh maupun cerita pewayangannya (Kementrian Kebudayaan & Pariwisata, 2009).
Kata wayang dalam bahasa Jawa berarti “bayangan” atau “bayang-bayang”. Wayang purwa adalah salah satu jenis seni drama Jawa, yang menggunakan boneka wayang kulit sebagai media penyampaian cerita dramatiknya. Bayangan boneka wayang kulit itu dapat dilihat dari balik kelir atau layar. Kata “purwa”, menurut Hazeu, berasal dari bahasa Sansekerta “purwa” yang berarti pertama’ atau ’yang terdahulu’. Sedang menurut Van der Tuuk, berasal dari kata “parwa”, namun telah dikacaukan dengan kata “purwa”. Ia dan Brandes membandingkan dengan penamaan wayang di Bali yang disebut wayang parwa prawa Mulyono, 1978 5. Di antara jenis seni pertunjukan wayang, yang paling populer dan paling luas daerah persebarannya di kalangan masyarakat Jawa adalah wayang kulit atau wayang purwa itu. Jenis wayang ini telah berumur sangat tua dan telah mengalami perkembangan dari masa ke masa baik perkembangan bentuk boneka wayangnya, ceritanya, maupun teknik penggarapan pementasannya Pada era elektronik ini wayang purwa sering ditayangkan di media radio, TV, VCD atau DVD. a. Sumber-sumber Cerita Wayang Purwa Pada prasasti Balitung telah disinggung adanya lakon Bimaya Kumara, tidak jelas bagaimana cerita itu. Namun saat ini yang dapat ditemukan dalam cerita wayang purwa, hampir semuanya berasal dari kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana yang semula merupakan kitab suci Hindu. Bila diteliti lebih lanjut, sebenarnya telah banyak terjadi penyimpangan cerita lakon wayang dari sumber Mahabharata dan Ramayana aslinya, yang tampaknya memang gubahan orang Jawa, baik berasal dari kakawin, berupa kreasi dalang tertentu sanggit atau memang penciptaan lakon carangan. Pada masa Jawa Kuna disalin dan digubah cerita-cerita pewayangan, antara lain Arjuna Wiwaha Kakawin, Bhomakawya Kakawin, Bharatayudha Kakawin, Hariwangsa Kakawin, Parthayadna Kakawin, Dewaruci Kakawin, Sudamala, dsb. Saat ini ditemukan beberapa buku yang diyakini sebagai sumber cerita wayang purwa, yakni 1 Serat Pustaka Raja Purwa karya Ranggawarsita gaya Surakarta. 2 Serat Padhalangan Ringgit Purwa karya Mangkunegara VII gaya Surakarta 3 Serat Kandha atau Serat Purwakandha gaya Yogyakarta 4 Serat Pedhalangan Ringgit Purwa Pancakaki Klaten gaya Yogyakarta 5 Serat Babad Lokapala Sumber-sumber cerita tersebut oleh sebagian masyarakat dianggap sebagai babon cerita wayang. Dewasa ini banyak ditulis lakon-lakon wayang, dan bila muncul cerita-cerita baru atau cerita-cerita yang menyimpang jauh dari sumber-sumber tersebut, sering dianggap sebagai cerita atau lakon carangan. Pada akhir-akhir ini sebenarnya banyak sekali hasil karya sastra pewayangan yang mungkin juga dipergunakan oleh dalang tertentu sebagai sumber cerita pementasannya, baik berupa lakon pokok atau lakon carangan. Dari berbagai sumber cerita yang ada, dan dari segi bentuknya dapat diklasifikasikan sbb. 1 Cerita wayang dalam bentuk prosa yang ditulis sebagai roman panjang yang bersumber dari Ramayana atau Mahabarata, baik untuk tuntunan pertunjukan atau untuk bacaan. Misalnya Pustaka Raja Purwa, Serat Purwakandha, dsb. 2 Cerita wayang yang diambil dari bentuk lakon, masih tampak pembagian adegan-adegannya, ditulis dalam bentuk tembang, misalnya Serat Wahyu Makutha Rama Sekar karya Siswaharsaya, Serat Pakem Bima Bungkus karya Mangun Wijaya atau Serat Bima Bungkus karya Can Cu An, dsb. 3 Pakem jangkep atau pakem padhalangan jangkep wayang purwa, yang berisi tuntunan atau pedoman lengkap untuk pertunjukan wayang purwa dalam satu lakon. Pada bentuk ini berisi pembagian adegan, kandha, janturan, antawecana, gendhing dan sasmitaning gendhing, tokoh-tokoh wayang yang harus dipentaskan, dsb. secara lengkap. Misalnya Pakem Jangkep Lampahan Sumbadra Larung, Pakem Jangkep Lampahan Suryatmaja Maling, dsb. 4 Pakem balungan wayang purwa, yang berisi ringkasan atau kerangka pokok adegan-adegan lakon wayang sebagai tuntunan atau pedoman pertunjukan wayang purwa. Dalam satu buku biasanya berisi lebih dari satu lakon. Misalnya Serat Padhalangan Ringgit Purwa karya Mangkunegara VII. 5 Cerita bersambung wayang purwa, yang biasanya ditulis secara bersambung dalam beberapa terbitan majalah berbahasa Jawa. Biasanya bentuk ini ditulis dalam bentuk prosa dengan bahasa populer. 6 Bentuk banjaran, yang menekankan pada cerita biografi tokoh-tokoh wayang tertentu. Dengan kata lain alurnya dipusatkan pada satu tokoh. Misalnya Banjaran Karna, Banjaran Bisma, dan banjaran-banjaran tokoh lainnya. 7 Analisa atau kupasan tentang hal-ihwal wayang purwa. Dalam hubungannya dengan sumber induknya, yakni Ramayana dan Mahabharata, dalam wayang purwa tersebar tiga jenis lakon, yakni 1 lakon baku, 2 lakon sempalan dan 3 lakon carangan. Lakon baku, yaitu lakon yang diangkat dari cerita induknya, yakni dari Ramayana atau Mahabharata. Lakon Sempalan, yaitu lakon yang dikembangkan dari sebuah peristiwa yang termuat dalam Ramayana atau Mahabharata. Adapun lakon carangan adalah lakon karangan yang sepenuhnya digubah dengan menggunakan tokoh-tokoh pelaku dari Ramayana atau Mahabharata. b. Unsur-unsur Sastra Wayang Purwa dan Konvensi-konvensinya Berdasarkan pada beberapa penjelasan di atas tampak bahwa wayang purwa telah berumur panjang dan memiliki tradisinya sendiri. Wajarlah bila sastra wayang purwa memiliki berbagai konvensi yang sangat mengikat. Wibisono, 1987 8. Pada gilirannya berbagai konvensi yang ada akan tampak pada berbagai unsur sastra wayang. Oleh karena itu di bawah ini perlu dibicarakan unsur-unsur sastra wayang dan berbagai konvensinya. 1. Tema dalam Wayang Purwa Tema umum yang dijumpai dalam lakon wayang adalah melukiskan pertentangan antar pihak protagonis melawan pihak antagonis dengan akhir kemenangan di pihak protagonis. Cerita wayang purwa, baik siklus Mahabharata maupun Ramayana di Jawa berakhir dengan kemenangan pihak protagonis. Demikian pula penggalan-penggalan cerita yang berbentuk lakon untuk pertunjukan wayang purwa semalam, pada umumnya juga berakhir dengan kemenangan pihak protagonis. Namun, ada juga satu dua lakon yang berakhir tragis pada pagi hari, terutama pada lakon-lakon perang besar Bharatayuda, misalnya dalam gaya Yogyakarta dalam lakon Seta Gugur, Gatutkaca Gugur, Abimanyu Gugur, Paluhan, dsb. Tema-tema dalam lakon wayang sebenarnya dapat diklasifikasikan antara lain sebagai berikut. 1 Tema kelahiran, misalnya lakon Bima Bungkus Laire Bima, Laire Abimanyu, Laire Wisanggeni, Laire Gathutkaca, Laire Parikesit, dsb. 2 Tema Pernikahan, atau tema alap-alapan, misalnya lakon Alap-alapan Surtikanti Suryatmaja Maling, yakni pernikahan Suryatmaja, Alap-alapan Drupadi pernikahan Puntadewa, Rabine Gathutkaca, Parta Krama pernikahan Arjuna dengan Wara Subadra, dsb. 3 Tema kematian, misalnya lakon Gathutkaca Gugur, Ranjapan Abimanyu Gugur, Bisma Gugur, Aswatama Lena, Somba Sebit kematian Somba, dsb. 4 Tema Wahyu, misalnya lakon Wahyu Makutharama, Tumurune Wahyu Manik Imandaya Godhong Pancawala, Wahyu Padmasana Manik, Wahyu Purba Sejati, dsb. 5 Tema hancurnya kerajaan tertentu, misalnya lakon Bedhahe Dwarawati hancurnya kerajaan Dwarawati dengan rajanya Prabu Padmanaba, oleh Kresna, Bedhahe Amarta, menceritakan hancurnya negara Amarta milik para jin oleh para Pandawa Babad Alas 6 Tema murca, yakni menceritakan pusaka atau tokoh tertentu yang hilang atau pergi meningglkan istana tanpa pamit. 7 Tema begawan atau pandita palsu, pada umumnya begawan itu terjadi dari sukma atau yitmane Dasamuka, Batara Guru atau Batari Durga yang hendak membunuh para Pandawa, atau dari raja raksasa, atau justru terjadi dari kerabat Pandawa atau Kresna yang hendak menyelamatkan Pandawa dari fitnah Korawa, misalnya lakon Begawan Kilat Buwana, Begawan Suryandadari, dsb. 8 Tema membangun, yakni membangun taman, candi, istana dan sebagainya. Contohnya lakon Semar Mbangun Kahyangan, Mbangun Taman Maerakaca, Mbangun Candhi Saptarengga, Semar Mbangun Jatidhiri, dsb. 9 Tema jumenengan, yakni tentang penobatan raja tertentu. Misalnya Jumenengan Parikesit, Gathutkaca Madeg Ratu, dsb. 10 Tema duta, yakni tentang perjalanan seorang utusan raja. Misalnya lakon Anoman Duta, Kresna Duta, Drupada duta, Anggada Duta, dsb. 11 Tema ngenger, yakni tentang tokoh yang mengabdi pada raja tertentu. Misalnya Sumantri Ngenger, Trigangga Suwita, Wibisana Balik, dsb. 12 Tema boyong, yakni tentang perpindahan tempat bagi tokoh-tokoh tertentu. Misalnya lakon Semar Boyong, Pandhawa Boyong, Sri Mulih, dsb. 13 Tema takon bapa, yakni tentang tokoh-tokoh kesatria, atau panakawan yang menanyakan siapa sebenarnya ayahnya. Misalnya lakon Antasena Takon Bapa, Petruk Takon Bapa, Tirtanata Takon Bapa, atau anak-anak Arjuna yang mencari tahu siapa ayahnya, dsb. 14 Tema tentang surga, yakni tokoh-tokoh kesatria yang dengan bertapa, dsb., sehingga dapat naik ke kahyangan untuk menanyakan tentang surganya atau surga bagi orang tuanya. Misalnya lakon Anoman Takon Swarga, Pandhawa Swarga, Pandhu Swarga, dsb. 15 Tema tentang pertalian Ramayana dengan Mahabharata. Misalnya lakon Semar Boyong, Rama Nitik, Rama Nitis, Wahyu Makutharama, dsb. 17 Tema sesaji, yakni sesaji tertentu untuk memenuhi persyaratan tertentu. Misalnya lakon Sesaji Rajasuya. 18 Tema perjudian, misalnya lakon Pandhawa Dhadhu. 19 Tema banjaran, yakni tema yang menekankan biografi tokoh tertentu. Misalnya lakon Banjaran Karna, Banjaran Bima, Banjaran Gathutkaca, dsb. 2. Alur atau Plot dalam Lakon Wayang Purwa Pada umumnya karya sastra pedalangan atau lakon wayang purwa terikat oleh urut-urutan adegan secara konvensional. Urutan adegan dalam tradisi pedalangan Surakarta, misalnya, selalu diawali dengan jejer, disusul adegan gapuran, kedhatonan, paseban jawi, sabrangan, perang gagal, adegan pertapan, perang kembang, sampak tanggung, adegan manyura, perang brubuh, dan tancep kayon Wibisono, 1987 11. Urutan adegan gaya Surakarta yang lebih terinci dapat dirumuskan sebagai berikut bdk. Sri Mulyono 1979 111-113. 1 Periode pathet nem, dibagi menjadi 6 adegan jejeran a. Jejeran raja yang dilanjutkan dengan kedhatonan, yaitu setelah selesai bersidang, raja disambut permaisuri untuk bersantap bersama. b. Adegan Paseban Jawi, yakni patih mewartakan hasil sidang kepada prajurit c. Adegan jaranan pasukan binatang d. Adegan Perang ampyak menghadapi rintangan diperjalanan e. Adegan sabrangan, yaitu adegan raksasa dari negeri lain f. Perang gagal, yaitu perang yang belum diakhiri dengan kemenangan dan kekalahan, atau berpapasan saja, atau mencari jalan lain 2 Periode pathet sanga dibagi menjadi tiga adegan a. Adegan bambangan, yakni seorang kesatria berada di tengah hutan atau menghadap seorang pendeta b. Perang kembang, yakni perang antara raksasa melawan kesatria yang diikuti panakawan c. Adegan sintren, yaitu adegan kesatria yang sudah menetapkan pilihannya dalam menempuh jalan hidup 3 Periode pathet manyura, dibagi menjadi tiga adegan a. Jejer manyura. Dalam adegan ini tokoh utamanya sudah menetapkan tujuan hidupnya, sudah dekat dengan yang dicita-citakan b. Perang brubuh, yakni adegan perang yang berakhir dengan kemenangan dan banyak korban c. Tancep kayon, yakni setelah tarian Bima atau Bayu, gunungan atau kayon ditancapkan di tengah kelir. Diakhiri dengan tarian golekan boneka. Pembagian adegan gaya Surakarta tersebut sedikit berbeda dengan pembagian adegan gaya Yogyakarta. Bila disimak lebih jauh, perbedaan yang mendasar dalam pembagian adegan adalah sering munculnya tamu pada adegan pertama pada gaya Yogyakarta. Adanya tamu ini menyebabkan adegan kedua dan ketiga sedikit berbeda dengan gaya Surakarta. Di samping itu perbedaan yang lain adalah nama perang yang terjadi. Gaya Yogyakarta pada perang setelah jejer kedua disebut perang simpangan, perang setelah jejer ketiga disebut perang gagal. Hingga jejer ketiga dalam gaya Yogyakarta belum terjadi korban kematian dalam perang. Jejer ketiga diikuti adegan gara-gara. Kemudian jejer keempat, dan seterusnya yang bila dilihat dari adegannya hampir sama bdk. Mudjanattistomo, dkk. 1977, jilid I 163-166. Contoh gaya Surakarta dan gaya Yogyakarta di atas, pada dasarnya hanya menegaskan bahwa alur dramatik wayang purwa yang menyangkut pembagian adegan-adegannya sangat terikat oleh konvensi yang berlaku pada masing-masing gaya yang ada. 3. Penokohan dalam Wayang Purwa Dalam hubungannya dengan penokohannya, wayang purwa juga memilliki konvensi yang sangat ketat. Seorang pengamat pewayangan mencatat bahwa aspek penokohan dalam wayang purwa, bahkan wayang pada umumnya, tidak menyimpang dari tradisi pedalangan. Keakraban penonton dengan tokoh-tokoh wayang dan karakternya begitu jelas. Baik dalang maupun penonton sama-sama mengenal konvensi dalam penokohan. Apabila terjadi penyimpangan pemerian oleh seorang dalang atau penulis tentang tokoh-tokoh tertentu, maka penonton atau pembaca akan memberikan reaksi sebagai tindak koreksi Wibisono, 1987 8. Konvensi penokohan dalam wayang tersebut sejalan dengan yang disimpulkan oleh Kuntowijoyo 1984 127-129, yakni bahwa dalam sastra tradisional, tokoh tidak dibangun atas perkembangan logis dari kejiwaan pelaku-pelakunya, tetapi atas dasar perkembangan kejadian menurut penuturannya. Personalitas dibentuk untuk melancarkan kejadian, sedang kejadian-kejadian tidak mempengaruhi personalitas. Jadi para pelakunya tidak mengalami perkembangan kejiwaan, hanya mengalami perkembangan kejadian. Sastra di sini bertindak sebagai simbol dari pikiran kolektif, tanpa memberi kebebasan bagi perkembangan personalitas tokoh-tokohnya. Perwatakan tokoh-tokoh itu menurut pola sebuah karakter sosial, bukan karakter individual. Dengan perkataan lain, pikiran kolektif secara apriori telah menentukan sejumlah tipe ideal bagi tokoh-tokoh cerita. Penokohan dalam wayang, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tujuh kelompok, yakni kesatria, raksasa, dewata, pendeta atau brahmana, para abdi, dan binatang yang dapat berbicara. Setiap kelompok ada yang bersifat baik dan ada yang bersifat Jahat. Namun demikian pada umumnya dapat dikatakan sebagai berikut bdk. Deskripsi perwatakan yang dituliskan Brandon dan Magnis Suseno, dalam Suseno, 1982 18-19. Pada kelompok kesatria, dalam siklus Mahabharata, pada umumnya kesatria Pandawa berwatak baik dan para Korawa sebaliknya. Pada siklus Ramayana, kelompok kesatrianya hanya ada beberapa, yakni keluarga Prabu Rama dan adik Rahwana yakni Wibisana, semuanya relatif berwatak baik. Pada kelompok raksasa, sebenarnya bisa dikelompokkan menjadi tiga, yakni sebagai berikut. 1 Raksasa yang mempunyai riwayat hidup sekali saja. 2 Raksasa yang sekedar dipergunakan untuk pengisi adegan. 3 Raksasa besar penjelmaan tokoh-tokoh tertentu. Raksasa pada kelompok pertama, pada umumnya hanya muncul pada lakon-lakon yang memang berhubungan dengan cerita hidupnya. Raksasa kelompok ini biasanya mati hanya pada lakon yang memang bercerita dalam hubungannya dengan kematiannya. Dengan kata lain ia memang hidup dan mati sekali saja. Pada umumnya raksasa memang digambarkan berwatak jahat, tetapi raksasa pada kelompok ini ada sebagian yang memiliki watak terpuji dari sisi tertentu. Kumbakarna, adik Rahwana, misalnya, dianggap terpuji karena nasionalismenya. Contoh lainnya Bagaspati, raksasa pendeta, ia rela menyerahkan nyawanya demi kebahagiaan Dewi Pujawati, anak puterinya, karena Narasoma, calon menantunya, tidak mau mempunyai mertua raksasa. Contoh lain lagi ialah Sukasrana, raksasa kecil adik Sumantri, yang sangat mengasihi kakaknya sehingga mau memindahkan taman Sriwedari demi kepentingan kakaknya. Namun Sukasrana harus mati juga demi kesenangan kakaknya, Sumantri. Masih ada lagi yang lainnya seperti kecintaan Kalabendana pada Gathutkaca, dsb. Raksasa pada kelompok kedua, ia hidup selalu dalam keadaan telah dewasa, tidak pernah diketahui kapan kelahirannya dan siapa orang tuanya. Boleh jadi ia muncul dalam cerita apapun dan mati dalam cerita apa pun juga dalam lakon yang sama, karena keberadaannya hanya dipakai sebagai pengisi pada adegan tertentu saja. Nama tokoh-tokoh raksasa pada kelompok kedua ini dapat bermacam-macam, tetapi biasanya merupakan teman-teman raksasa yang bernama Cakil, atau Gendring Penjalin, yang berjumlah empat raksasa. Kelompok raksasa ini bagi orang Jawa sering dianggap sebagai simbolisasi dari empat nafsu manusia, sehingga perwatakannya memang jahat. Raksasa pada kelompok ketiga, yakni raksasa besar penjelmaan tokoh-tokoh tertentu. Raksasa besar ini biasanya, pada lakon yang sama, muncul dan kemudian kembali pada wujudnya yang sesungguhnya, yang dalam bahasa Jawa disebut badhar. Misalnya penjelmaan Sri Kresna, penjelmaan Puntadewa, dsb. Perwatakan raksasa ini sekaligus merupakan perwatakan tokoh aslinya. Pada kelompok dewata, pada umumnya berwatak baik. Namun demikian sebagian dewa sering kali diceritakan sebagai tokoh yang mudah menerima hasutan atau perminta-tolongan para Korawa, sehingga berwatak tidak baik. Bila para dewa berbuat jahat kepada para Pandawa biasanya yang mengalahkan adalah Semar, tokoh abdi Panakawan. Ada golongan dewa yang tidak pernah muncul dalam lakon wayang namun keberadaannya diakui sebagai penguasa tertinggi, yakni Sang Hyang Wenang. Para brahmana atau pendeta pada umumnya berwatak baik. Namun banyak juga lakon yang menceritakan tentang pendeta palsu, yang merupakan penjelmaan dari Dasamuka. Pendeta palsu ini selalu berwatak jahat. Dalam Mahabharata, pendeta Durna sering digambarkan baik, tetapi karena berada di pihak Korawa, sering juga digambarkan berwatak jahat. Tokoh para abdi bisa dikelompokkan menjadi dua, yakni para abdi tokoh protagonis dan para abdi tokoh antagonis. Abdi tokoh protagonis biasanya adalah para Panakawan, yakni Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong, yang biasanya digambarkan berwatak baik tetapi sering nakal sembrana. Sedang abdi antagonis biasanya Togog dan Mbilung atau Saraita, yang sering juga digambarkan berwatak jahat. Pada kelompok binatang yang ada pada wayang purwa, ada beberapa binatang yang mempunyai biografinya, tetapi juga ada yang sekedar pengisi adegan. Tokoh-tokoh binatang dalam wayang purwa pada umumnya berwatak baik. Tokoh burung Jatayu dalam Ramayana berwatak baik. Tokoh-tokoh kera dalam Ramayana pada umumnya juga berwatak baik. Di samping penggambaran secara umum seperti di atas, konvensi penokohan dalam wayang purwa telah memberikan perwatakan pada masing-masing tokoh utama secara khusus. Tokoh Werkudara, misalnya, mempunyai watak pemberani, gagah perkasa, jujur, dsb. Arjuna, berwatak halus, pemberani, dsb. Sengkuni, berwatak nakal, penghasut, curang, dsb. Dan sebagainya yang hampir semuanya bersifat stereotip atau tetap dari masa kanak-kanaknya hingga usia dewasanya. Tidak mengherankan bila dalam cerita kelahiran Bima, sejak lahir Bima telah mengenakan berbagai pakaian pelengkapan yang melambangkan perwatakannya. 4. Latar dalam Drama Wayang Purwa Konvensi dalam wayang purwa dalam hubungannya dengan unsur latar cerita setting, mencakup aspek ruang atau tempat, waktu, dan suasana. Dalam hal latar tempat, pada dasarnya latar tempat dalam cerita wayang dapat dibagi sebagai berikut. 1 Tempat di Madyapada yakni di dunia ini. 3 Di Lokantara, yakni tempat nyawa atau jiwa yang masih melayang-layang nglambrang. Di Madyapada dapat terjadi 1 di dalam istana, 2 di keputren, 3 di paseban jawi, 4 di hutan, 5 di Blabar Kawat, yakni arena pertengkaran atau mengadu kesaktian, 6 di pertapaan, dsb. Pada masing-masing tempat itu dapat terjadi di atas bumi, di angkasa atau di langit yakni tempat para tokoh tertentu terbang, dan di dasar bumi sajroning pratala, yakni tempat tokoh-tokoh tertentu amblas di bawah bumi. Tokoh yang dapat terbang antara lain Gathutkaca dan Kresna. Tokoh yang dapat amblas di dasar bumi antara lain Antareja. Dalam lakon apa pun masing-masing tempat tersebut digambarkan secara stereotip. Dalam aspek waktu, wayang purwa tidak pernah memberikan penjelasan waktu secara riil, kecuali hanya disebutkan jaman purwa atau jaman dulu kala. Namun demikian dalam hubungannya dengan para abdi, perbincangan para abdi para Panakawan, Limbuk dan Cangik, Togog dan Mbilung atau para Cantrik di pertapaan dapat menggunakan latar waktu terkini dan dengan pembicaraan dalam hubungannya dengan masyarakat penontonnya. Dalam aspek suasana, terdapat penggambaran suasana alam atau suasana kejiwaan tokoh-tokohnya, yang dapat digambarkan secara realis atau bombastis. Suasana sedih dan gembira, dapat saja digambarkan secara realis. Namun suasana keindahan istana, dapat saja digambarkan secara bombastis, misalnya air selokan yang mengalir dari istana menebarkan bau harum hingga di pedesaan, dsb. Latar suasana dalam lakon atau pergelaran wayang dapat ditunjang dengan karakteristik isi suluk seorang dalang. Suluk adalah nyanyian atau lagu vokal yang diucapkan oleh seorang dalang bdk. Soetandyo, 2002 121. Berbagai konvensi yang ada dalam wayang purwa, pada akhirnya berpengaruh pada berbagai bentuk drama Jawa yang lainnya, terutama drama tradisional. Dengan demikian seyogyanya para pengkaji drama tradisional melongok berbagai konvensi yang ada dalam wayang purwa, sebagai alternatif penyempurnaan sudut pandangnya.
BiografiHabiburrahman el-Shirazy (lahir di Semarang, Jawa Tengah, Kamis, 30 September 1976) adalah sarjana Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir dikenal sebagai dai, novelis, dan penyair. Australia, Eropa, dan Afrika sejak 1970. Puisinya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa, Sunda, Bali, Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, dan Cina - Wayang orang atau wong bahasa Jawa mementaskan cerita tentang Ramayana dan Mahabarata. Dalam pementasannya, wayang orang tidak hanya menyajikan hiburan melainkan juga menyampaikan pesan-pesan moral yang dapat diserap orang berbeda dengan pementasan drama lainnya. Masing-masing pemain wayang wong memiliki ciri estetis tersendiri yang menggambarkan peran yang dibawakan dalam sebuah gerakan, tata rias, tari, hingga busana yang dikenakannya. Asal-usul Wayang Orang Wayang orang berkembang bersama dengan wayang kulit. Keduanya saling mempengaruhi satu sama lain. Keberadaan tari yang mengisahkan cerita wayang telah disebutkan pada prasasti Wimalasmara di Jawa Timur yang berangka 930 tersebut menyebut wayang wwang dalam bahasa Jawa Kuno kawi, wayang berarti bayangan wwang berarti manusia. Baca juga Rahvana Sveta di Atas Panggung Gedung Wayang Orang Sriwedari, Memukau... Drama tari yang berasal dari Mataram Kuno di Jawa Tengah ini dilestarikan oleh kerajaan-kerajaan penerusnya seperti Kediri, Singasari, dan Majapahit. Saat Kerajaan Mataram Islam dibagi menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta pada 1755, Sri Sultan Hamengku Buwono I 1755-1792 sebagai pendiri dan raja pertama Kesultanan Yogyakarta mengubah dan mencipta ulang kesenian tersebut. Tokoh Rahwana dalam pementasan Ravana Sveta yang digelar di Gedung Wayang Orang Sriwedari, Surakarta. Saat Kerajaan Mataram Islam dibagi menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta pada 1755, Sri Sultan Hamengku Buwono I 1755-1792 sebagai pendiri dan raja pertama Kesultanan Yogyakarta, mengubah dan menciptakan ulang kesenian wayang orang. Damarwulan sementara struktur dalam tokoh pewayangan sendiri tidak mengalami perubahan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa unsur yang mengalami transformasi budaya selain aksara dan bahasa juga ilustrasi yang menampilkan tokoh wayang pada tokoh-tokoh yang terdapat dalam naskah Serat Damarwulan. Tokoh ksatria seperti Ronggolawe dan
Jakarta - Ada beragam karakter wayang kulit. Biasanya, tokoh-tokoh wayang tersebut dipertunjukkan dalam pementasan tahun 2003, UNESCO menobatkan wayang sebagai sebagai warisan budaya dan berharga. Pertunjukan wayang disebut sebagai sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity.Berikut adalah 10 nama wayang dan karakternya. 1. YudhistiraYudhistira adalah putra tertua Pandu Dewanata. Ia merupakan seorang raja dari kerajaan Hastinapura. Dia digambarkan sebagai tokoh wayang yang baik, sabar, berhati suci, dan selalu menegakkan termasuk tokoh wayang protagonis. Dalam pewayangan Jawa, Yudistira memiliki kesaktian atau kemampuan batin, misalnya ia pernah diceritakan mampu menjinakkan hewan-hewan buas di hutan Wanamarta hanya dengan meraba kepala Bima atau WerkudaraBima adalah putra kedua dari Prabu Pandu Dewanata dan Dewi Kunti. Bima digambarkan sebagai karakter wayang seorang adalah wujud dari seorang petarung dengan tubuh tinggi besar, berotot, dan atletis. Bima memilki senjata bernama Gada Rujakpolo dan sebuah kapak besar bernama ArjunaPutra ketiga Prabu Pandu Dewanata ini dikenal sebagai pria tampan dan memiliki ajian naracabala. Dengan ajian ini, anak panah yang dia lepaskan bisa menjadi berlipat-lipat untuk mengejar musuh. Ada dua panah terkenal yang dimiliki Arjuna, yaitu Ardadedali dan 10 tokoh wayang kulit yang terkenal di Indonesia dan dijadikan warisan budaya oleh UNESCO. Simak ulasan tentang tokoh wayang dan sifatnya! Foto detikcom/Agung Pambudhy4. NakulaNakula memiliki saudara kembar bernama Sadewa. Nakula merupakan tokoh pewayangan yang memilki ketampanan dan pintar dalam merawat kuda dan ahli dalam pewayangan Jawa, Nakula merupakan titisan dari seorang dewa tabib bernama Batara Aswin. Ia pandai menaiki kuda serta memilki kemampuan pada senjata SadewaSaudara kembar dari Nakula ini digambarkan sebagai seorang yang cerdas dan pandai dalam menyampaikan pendapat. Sadewa juga dikenal sebagai seorang pembicara, apabila menyampaikan sesuatu hal kepada senapati prajurit atau rakyat KresnaKresna dipercaya sebagai titisan Batara Wisnu yang memiliki beberapa kekuatan dewa. Salah satu hal yang bisa dilakukan Kresna adalah Triwikrama, sosok raksasa besar bernama Brahalasewu. Triwikramasen terjadi saat dia sedang di puncak GatotkacaBima atau Werkudara memiliki putra bernama Gatotkaca dengan kekuatan luar biasa. Saat berlangsung perang Bharatayuda di Padang Kurukshetra, banyak sekutu Kurawa tewas di tangannya. Putra dari Arimbi ini dikenal sakti berkat kemampuan terbangnya serta memilki julukan "otot kawat, tulang besi".8. AnomanIa diberkahi dengan kemampuan setara dengan dewa. Batara Indra memberikan Anoman kemampuan untuk menentukan kematiannya. Dalam pewayangan Jawa, Anoman memiliki watak pemberani, setia, dan waspada meski memilki rupa layaknya kera juga mewarisi kekuatan yang dimiliki setiap keturunan dan anak angkat sang dewa. Ia memiliki kemampuan dapat bergerak dan berpindah tempat dengan cepat yang disebut AntasenaAnantasena atau sering disingkat Antasena adalah nama salah satu tokoh wayang yang tidak terdapat dalam naskah Mahabharata, karena merupakan asli ciptaan para pujangga Jawa. Tokoh wayang ini memiliki sifat polos dan lugu, bahkan tidak mengenal tata karma karena Antasena tidak terlalu menyukai dianggap sebagai anak Bima paling sakti dengan ragam kemampuan, seperti terbang, amblas ke bumi, hingga menyelam dalam AbimanyuAnak dari Arjuna ini mempunyai kemampuan yang dapat menurunkan raja-raja besar. Karakter wayang ini memiliki sifat halus, baik tingkah lakunya, ucapannya terang, hatinya keras, besar tanggung jawabnya, dan pemberani. Abimanyu mendapatkan ilmu keprajuritan dari sang ayah, Arjuna. kny/imk
Museumakhirnya resmi berdiri dan mulai beroperasi pada tanggal 6 November 1935. Museum kemudian diberi nama Sonobudoyo. Sonobudoyo berasal dari 2 kata dalam bahasa Jawa, sono dan budoyo. Sono berarti tempat dan budoyo berarti budaya, sehingga dapat diartikan Sonobudoyo adalah tempat budaya.
Membaca cerita wayang dalam bahasa jawa Arjuna lahir tentu menjadi salah satu momen yang tak biasa. Pasalnya bahasa jawa saat ini hampir tidak dipahami oleh anak muda. Namun kisah cerita wayang di bawah ini sangat berbeda, disajikan secara unik menggunakan bahasa jawa ngoko yang sederhana kanthi lakon Arjuna lahir. Semoga coretan kecil ini dapat kita nikmati bersama. Nang wektu lahir, sukma Arjuna sing berwujud cahaya sing metu saka rahim emboke lan munggah menyang kayangan Kawidaren panggon para bidadari. Kabeh bidadari sing ana tiba demen nang sukma Arjuna kesebut sing nduwe jeneng Wiji Mulya. Kegemparan kesebut menimbulkan keneson para dewa sing nuli nempuhe. Cahaya sing remeng remeng kesebut nuli ngowah dadi sesosok manusia tampan sing klamben sederhana. Arjuna yaiku putra ketelu saka pasangan Dewi Kunti lan Prabu Pandu utawa kerep karan karo ksatria Panengah Pandawa. Kaya sing liyane, Arjuna uga sayekti dudu putra Pandu, ning dheweke yaiku putra saka Dewi Kunti lan Batara Indra. Jero kuripan wong Jawa, Arjuna yaiku perlambang manungsa sing nduwe elmu duwur ning ragu sakjroning tumindak. Lakon iki katon gamblang sawektu dheweke kelangan semangat pas arep ngadhepi nak-sadulur utawa para Kurawa, lan guru-gurune neng nglan Kurusetra. Kalan saka Arjuna yaiku sifat sombonge. Amarga rumangsa tangguh karo bagus, nang wektu enome dheweke dadi sethithik sombong. Ilange sukma Arjuna saka awak Dewi Kunthi marakake kesedhihan kanggo Prabu Pandu. Dhuwur celathon Semar, Pandu nuli munggah menyang kayangan lan njaluk bali putranya sakwise diwenehi wejangan saka Batara guru. Ket enom, Arjuna wis gemar menuntut elmu. Dheweke menuntut elmu nang sapaa. Manute lingkungan masyarakat yaiku gudang saka elmu. Guru-gurune antara liya yaiku Resi Drona, saka Resi Dona dheweke mbisa senjata ampuh sing nduwe jeneng panah Cundamanik lan Arya Sengkali, sing kapindho yaiku Begawan Krepa, Begawan Kesawasidi, Resi Padmanaba, lan akeh pertapa sakti liyane. Jero kisah Mahabarata, Arjuna ngguru nang Ramaparasu, ning jero kisah pawayangan, hal kesebut hampit ora tau disinggung. Jero pawayangan diceritoke menawa Arjuna nduweni luwih saka 40 bojo ning mung beberapa wae sing kenal lan kerep diceritake. Bagaimana kawan? Apakah paham tentang bahasa yang digunakan dalam cerita di atas? Semoga coretan ini dapat kita pahami dengan baik. Jangan lupa beri komentar pada cerita wayang dalam bahasa jawa Arjuna lahir ini. Lebih Banyak Cerita Wayang Bisa Lihat di Link Ini ” Kumpulan Cerita Wayang “ cerita wayang, cerita wayang bahasa jawa, cerita wayang kulit, cerita wayang beber, cerita wayang ramayana, cerita wayang golek, cerita wayang mahabarata, cerita wayang arjuna, cerita wayang beber berasal dari, cerita wayang bahasa jawa arjuna,cerita wayang abimanyu dalam bahasa jawa, cerita wayang arjuna bahasa jawa, cerita wayang antasena, cerita wayang adipati karna, cerita wayang adalah, cerita wayang anoman duta, cerita wayang arjuna dan srikandi,cerita wayang bima, cerita wayang bahasa jawa singkat, cerita wayang bahasa jawa semar, bahasa jawa cerita wayang, gaya bahasa cerita wayang,bahasa jawa cerita wayang ramayana, bahasa jawa cerita wayang ramayana sintha kandhusta, cerita wayang b jawa, cerita wayang singkat, cerita wayang cerita wayang cerita wayang pendek, cerita wayang cangik, cerita wayang cangik dalam bahasa jawa,cerita wayang cupu manik astagina, cerita wayang cepot,cerita wayang cekak, cerita wayang caranggana, cerita wayang cinta, cerita wayang citraksi, cerita wayang citraksa, cerita wayang candrabirawa dalam bahasa jawa ,cerita wayang dalam bahasa jawa, cerita wayang dewa ruci, cerita wayang dewi sinta dalam bahasa jawa, cerita wayang duryudana dalam bahasa jawa, cerita wayang dewa ruci dalam bahasa jawa, cerita wayang dewi sinta, cerita wayang dewi kunti, cerita wayang dewi anjani, cerita wayang dalam bahasa jawa singkat, cerita wayang dalam bahasa sunda, cerita di wayang, cerita di wayang hari ini, gambar dan cerita wayang, gambar dan cerita wayang kulit, judul dan cerita wayang, tokoh dan cerita wayang, dewa di cerita wayang, cerita wayang ekalaya, cerita wayang epos mahabarata, cerita wayang entus, cerita wayang bambang ekalaya, cerita wayang ki entus, cerita wayang golek erawan palastra, cerita wayang cekel indralaya, cerita wayang wahyu ekajati, cerita wayang dalang entus, cerita wayang ki enthus, cerita wayang full, cerita wayang fabel, cerita wayang versi jawa, cerita wayang free, cerita wayang golek total, cerita wayang kulit full, fungsi cerita wayang, filosofi cerita wayang,fungsi cerita wayang di indonesia, download cerita wayang golek full, cerita wayang gareng, cerita wayang golek bahasa sunda, cerita wayang gatotkaca bahasa jawa, cerita wayang gareng dalam bahasa jawa, cerita wayang gatotkaca gugur, cerita wayang golek si cepot, cerita wayang gugure abimanyu, cerita wayang golek lucu, cerita wayang hanoman, cerita wayang hanoman dalam bahasa jawa, cerita wayang sense of humour, cerita wayang hot, cerita wayang arjuno sosro krido, cerita wayang anoman singkat, cerita wayang hanoman dalam bahasa sunda, cerita wayang hari ini, cerita wayang hasil karya sunan kalijaga, cerita wayang anoman sejarah cerita wayang indonesia, cerita wayang ing tlatah jawa biasane asale soko kitab, cerita wayang indrajit, cerita wayang india, cerita wayang indrajit dalam bahasa jawa, cerita wayang iku asale soko ngendi, cerita wayang iku asale saka ngendi, cerita wayang ing basa jawa, cerita wayang islam, cerita wayang islami, cerita wayang jawa, cerita wayang jawa singkat, cerita wayang janaka, cerita wayang jawa dalam bahasa jawa, cerita wayang jawa lengkap, cerita wayang jowo, cerita wayang jayadrata gugur, cerita wayang jabang tutuka, cerita wayang jatayu, cerita wayang jawa ramayana, cerita wayang kresna, cerita wayang kumbakarna, cerita wayang kulit bahasa jawa, cerita wayang kulit bahasa indonesia, cerita wayang kumbakarna gugur, cerita wayang kulit semar, cerita wayang kresna dalam bahasa jawa, cerita wayang kulit singkat, cerita wayang kulit wahyu katentreman, cerita wayang lucu ,cerita wayang limbuk, cerita wayang lengkap, cerita wayang laksmana, cerita wayang lucu bahasa jawa, cerita wayang lahirnya wisanggeni, cerita wayang lahire abimanyu dalam bahasa jawa,cerita wayang lahirnya gatotkaca,cerita wayang lahire anoman,cerita wayang mahabarata bahasa jawa,cerita wayang mahabarata bahasa jawa ngoko,cerita wayang modern,cerita wayang maharsi wiyasa,cerita wayang mahabarata dan ramayana,cerita wayang menggunakan bahasa jawa,cerita wayang mahabarata lengkap,cerita wayang mahabarata bahasa jawa singkat,cerita wayang madya,cerita wayang nakula,cerita wayang nakula sadewa,cerita wayang nakula dalam bahasa jawa,cerita wayang nakula sadewa bahasa jawa,cerita wayang nakula bahasa jawa,cerita wayang nakula dan sadewa,cerita wayang nganggo basa jawa,cerita wayang nganggo bahasa jawa,cerita wayang nusantara,cerita wayang nakula nganggo basa jawa,cerita wayang orang,cerita wayang orang sriwedari,cerita wayang orang anoman obong,cerita wayang orang banyak diambil dari kisah,cerita wayang orang mahabarata,cerita wayang online

ApaSifat Dari Batara Kresna? Jawaban: Artinya ia memiliki sifat delapan dewa yang mencerminkan kelebihan dan kehebatan para pemimpin atau pelindung dunia. Kresna berjiwa jujur, membela kebenaran dan keadilan. Sikap Kresna mencerminkan sifat-sifat ambek paramarta, ambek pinandhita dan ambek binathara.

Daftar Isi Biografi Ratu Kalinyamat Peran Ratu Kalinyamat dalam Bidang Politik Peran Ratu Kalinyamat dalam Bidang Ekonomi Peran Ratu Kalinyamat dalam Bidang Agama Solo - Ratu Kalinyamat dikenal sebagai tokoh historis legendaris wanita yang sangat berjasa untuk daerah Jepara. Ia sangat cerdas, berwibawa, bijaksana, dan pemberani dalam memimpin kekuasaan. Lalu, seperti apa biografi Ratu Kalinyamat? Simak penjelasan bahwa di bawah kekuasaan Ratu Kalinyamat, Jepara semakin berkembang sebagai bandar perdagangan dan pelayaran. Ratu Kalinyamat juga memegang peranan penting dalam politik, pemerintahan, ekonomi, dan dari jurnal berjudul 'Ratu Kalinyamat Ratu Jepara yang Pemberani' karya Chusnul Hayati dari Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro dan 'Peranan Ratu Kalinyamat dalam Perkembangan Kota Jepara 1549-1579' karya Suyekti Kinanthi Rejeki dari Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Indraprasta PGRI. Berikut ini biografi dan peranan Ratu Kalinyamat semasa berkuasa di Jepara. Ratu Kalinyamat merupakan putri dari Sultan Trenggono yang merupakan penguasa ketiga Kerajaan Demak setelah Pangeran Sabrang Lor dan Raden Patah. Ratu Kalinyamat memiliki nama asli Retna Kencana. Ia berkuasa sebagai Adipati Jepara yang wilayahnya mencakup Kudus, Pati, Rembang dan Kalinyamat digambarkan sebagai tokoh wanita yang cerdas, berwibawa, bijaksana, dan pemberani. Kewibawaan dan kebijaksanaannya tercermin dalam peranannya sebagai pusat keluarga Kesultanan Kalinyamat menikah dengan Pangeran Hadiri yang merupakan putra Sultan Ibrahim dari Aceh, yang bergelar Sultan Mughayat Syah. Setelah menikah dengan Ratu Kalinyamat, ia diberi gelar Pangeran Hadiri, yang berarti yang hadir dari Aceh ke pernikahannya dengan Pangeran Hadiri, Ratu Kalinyamat tidak dikaruniai putra. Namun, Ratu Kalinyamat memiliki beberapa anak asuh salah satunya adalah adiknya sendiri, Pangeran Timur, yang berusia masih sangat muda ketika Sultan Trenggana Ratu Kalinyamat dengan Pangeran Hadiri tidak berlangsung lama. Pangeran Hadiri meninggal pada tahun 1549 karena dibunuh oleh utusan Arya Penangsang. Pembunuhan terjadi seusai menghadiri upacara pemakaman kakak kandungnya, Sunan Prawoto yang juga tewas di tangan Arya menghadapi Arya Penangsang, Ratu Kalinyamat bertapa di Gelang Mantingan, kemudian pindah ke Desa Danarasa, lalu berakhir di tempat Donorojo, Tulakan, Keling Jepara. Setelah kematian Aryo Penangsang, Retna Kencana dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar Ratu Ratu Kalinyamat terjadi dengan ditandai adanya sengkalan Trus Karya Tataning Bumi, yang diperhitungkan sama dengan tanggal 12 Rabiul Awal atau 10 April 1549. Selama masa kekuasaannya, Jepara semakin berkembang menjadi Bandar terbesar di pantai utara Jawa, dan memiliki armada laut yang besar serta Ratu Kalinyamat dalam Bidang PolitikRatu Kalinyamat dikenal sebagai sosok yang pintar dalam menangani bidang politik, dia juga akrab dengan para ulama. Sejak masih gadis Ratu Kalinyamat didaulat untuk memimpin daerah Jepara. Ketika itu Jepara merupakan pelabuhan yang sangat ramai dikunjungi pedagang-pedagang dari berbagai dari Ratu Kalinyamat untuk Demak dalam bidang politik dimulai ketika terjadi kekacauan di istana Demak pada pertengahan abad ke 16 yang disebabkan oleh perebutan kekuasaan setelah Sultan Trenggono wafat. Perebutan tahta kerajaan memicu perang berkepanjangan yang berakhir dengan kehancuran kerajaan. Perebutan tahta terjadi antara keturunan Pangeran Sekar dengan Pangeran Trenggono. Hingga akhirnya Pangeran Prawata, putra dari Pangeran Trenggono, membunuh Pangeran Sekar. Pembunuhan ini menjadi sebab awal persengketaan di Kerajaan Penangsang, putra Pangeran Sekar berusaha menuntut balas atas kematian ayahnya, sehingga ia berusaha untuk menumpas keturunan Sultan Trenggono. Ia juga mendapat dukungan secara penuh dari gurunya Sunan Kudus. Arya Penangsang dituduh telah banyak melakukan kejahatan dan pembunuhan terhadap keturunan Sultan Trenggono. Ia menyuruh Rangkut untuk membunuh Sultan Prawata. Sultan Prawata tewas bersama permaisurinya pada 1549. Ia kemudian membunuh Pangeran Hadiri, suami Ratu antara Pajang dan Jipang tidak dapat dihindari. Dalam peperangan tersebut Arya Penangsang terbunuh. Pertempuran dimenangkan oleh pihak Pajang. Setelah kematian Arya Penangsang, Retna Kencana dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar Ratu Kalinyamat diperkirakan memimpin Jepara selama 30 tahun, mulai 1549 sampai itulah setelah menjadi Janda Ratu Kalinyamat dalam hidupnya digunakan mensejahterakan masyarakat Jepara dan berdakwah Islam di wilayah pantai utara pulau Ratu Kalinyamat dalam Bidang EkonomiDaerah Jepara merupakan sentral ekonomi bagi keraton Demak. Pada masa kesultanan Demak, Jepara selalu lebih disukai daripada Demak sebagai teluk yang aman dengan tempat yang sangat strategis yang terletak di utara pesisir Pulau Jawa yang bisa menghubungkan antara pelabuhan di Rembang, Pati dan juga sebagai pelabuhan yang dengan mudah dapat dijadikan tempat perdagangan dengan daerah-daerah lain seperti Maluku, Ambon, Aceh sebagai bandar penghubung wilayah pedalaman dalam perang di laut melawan Malaka pada 1512-1513 pada masa pemerintahan Pati Unus, menyebabkan Jepara nyaris hancur. Kegiatan ekonomi menjadi semakin terbengkalai pada saat wilayah Kesultanan Demak menjadi ajang pertempuran antara Arya Penangsang dengan keturunan Sultan pertengahan abad ke 16 perdagangan Jepara dengan daerah seberang laut menjadi semakin ramai. Menurut berita Portugis, Ratu Kalinyamat merupakan tokoh penting di Pantai Utara Jawa Tengah dan Jawa Barat sejak pertengahan abad ke 16 . Di bawah Ratu Kalinyamat, strategi pengembangan Jepara lebih diarahkan pada penguatan sektor perdagangan dan angkatan bidang ini dapat berkembang baik berkat adanya kerjasama dengan beberapa kerajaan maritim seperti Johor, Aceh, Banten, dan Ratu Kalinyamat dalam Bidang AgamaRatu Kalinyamat berperan penting dalam penyebaran agama islam melalui seni budaya. Penyebaran agama islam berjalan dengan baik dan mendapat sambutan hangat dari masyarakat karena kedatangannya berlangsung dengan peran Ratu Kalinyamat dalam bidang agama tampak dalam peninggalannya berupa masjid di Mantingan. Masjid selain dan makamnya di Mantingan ada ukuir-ukiran yang terbuat dari batu, mengandung budaya bernuansa Hindu juga mengandung budaya yang bernuansa artefak tersebut terdapat proses akulturasi budaya yang harmonis. Di bidang seni hias, timbul masalah di kalangan seniman, yaitu larangan penggambaran makhluk hidup seperti tertuang dalam pedoman seni Hindu. Terhadap masalah itu, oleh perajin dengan mudah dapat mencari pemecahannya. Hal-hal yang bertentangan dengan agama Islam ditinggalkan, dan yang tidak bertentangan dipertahankan dan dikembangkan untuk mengisi sisi-sisi kebutuhan hidup sesuai norma dan budaya berbentuk binatang telah digubah dan tersamar ke dalam huruf-huruf Arab dan menjadi kaligrafi yang unik, rumit, dan estetis sehingga layak digunakan sebagai hiasan dinding masjid. Perwujudan bentuk-bentuk binatang yang tersamar dalam tulisan kaligrafi Arab itu adalah suatu pemecahan terhadap larangan menggambarkan makhluk hidup. Akhirnya apa yang telah dilakukan Ratu Kalinyamat berhasil melahirkan inovasi dan kreasi baru dalam bidang ornamen, yaitu hadirnya gaya seni islam kaligrafi Arab dalam bentuk seni bukti-bukti sejarah itu tercermin ketaatan Ratu Kalinyamat dalam menjalankan ibadah dan syariat Islam. Hal serupa dapat dilihat dalam kehidupan orang-orang Jepara, suatu komunitas masyarakat yang tekun menjalankan ibadah dan taat terhadap syariat dan norma agama hingga saat yang dilakukan oleh Ratu Kalinyamat juga melalui jalur militer dengan membantu kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam yang dijajah oleh itulah informasi mengenai biografi Ratu Kalinyamat. Semoga bermanfaat, Lur!Artikel ini ditulis oleh Agustin Tri Wardani peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom. Simak Video "Serunya Camping dan Berenang di Kali Ndayung Jepara" [GambasVideo 20detik] sip/sip
dDgvCb1.
  • p6knnkswgl.pages.dev/71
  • p6knnkswgl.pages.dev/341
  • p6knnkswgl.pages.dev/184
  • p6knnkswgl.pages.dev/112
  • p6knnkswgl.pages.dev/312
  • p6knnkswgl.pages.dev/72
  • p6knnkswgl.pages.dev/267
  • p6knnkswgl.pages.dev/124
  • p6knnkswgl.pages.dev/59
  • biografi tokoh wayang dalam bahasa jawa